Pemetaan gua atau yang sering disebut dengan Mapping adalah:
1. suatu gambaran proyeksi dua dimensi dengan skala lebih kecil dari suatu bidang tiga dimensi yang mempunyai batas-batas tertentu atau
Peta gua bersifat subjektif, karena tergantung dari grade atau derajat akurasi dari orang yang melakukan pemetaan, kondisi cuaca yang mempengaruhi betnuk goa saat dilakukan pemetaan.
Manfaat dari pemetaan gua itu sendiri adalah
1. merupakan bukti otentik dari penelusur gua sebagai penelusur/tim yang pertama kali menelusuri gua tersebut,
2. membantu para ahli dalam mempelajari biospeleologi, hidrologi, ataupun ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan speleologi,
3. untuk mencari korelasi dengan gua-gua sekitarnya.
4. memudahkan dalam usaha pertolongan/rescue,
5. di bidang pariwisata untuk memudahkan/menentukan perencanaan dalam pengembangan gua sebagai obyek wisata.
Peta gua dapat digambarkan sebagai :
1. Plan section :
Plan Section adalah gambar peta gua tampak atas. Pada Plan Section koordinat
letak stasiun ditentukan dari perhitungan. Yang ditampilkan adalah bentuk
lorong jika dilihat dari atas, sudut belokan, letak ornamen, jenisnya, dan
situasi lorong gua.
letak stasiun ditentukan dari perhitungan. Yang ditampilkan adalah bentuk
lorong jika dilihat dari atas, sudut belokan, letak ornamen, jenisnya, dan
situasi lorong gua.
2. Extended section :
Sedangkan Extended Section adalah peta gua tampak samping yang memanjang, tanpa memakai proyeksi Yang ditampilkan Extended Section adalah perubahan elevasi lorong dan panjangnya saja, tidak dapat diketahui belokan perubahan arah
3. Projected section
Peta gua tampak samping, diproyeksikan dari plan section. Fungsi peta ini
terutama untuk menampilkan kontrol geologis dari bentukan sebuah gua dan
kesamaan bentukannya. Penggambaran peta tampak samping yang diproyeksikan dari Plan Section. Diproyeksikan terhadap sudut azimuth tertentu. Metode
penggambaran ini menggunakan angka elevasi stasiun (?h), kemudian dari Plan
Section stasiun tersebut diproyeksikan terhadap sudut azimuth yang dipilih
terutama untuk menampilkan kontrol geologis dari bentukan sebuah gua dan
kesamaan bentukannya. Penggambaran peta tampak samping yang diproyeksikan dari Plan Section. Diproyeksikan terhadap sudut azimuth tertentu. Metode
penggambaran ini menggunakan angka elevasi stasiun (?h), kemudian dari Plan
Section stasiun tersebut diproyeksikan terhadap sudut azimuth yang dipilih
4. Peta gua tiga dimensi/ perspektif:
Peta tipe ini, plotting stasiun dan detailnya menggunakan sumbu x, y, dan z.
Sumbu x dan y, untuk menentukan koordinat stasiun pada bidang datar. Sumbu z,
untuk menentukan posisi stasiun berdasarkan elevasinya terhadap titik 0.
Peta ini mendekati dengan kenyataan. Namun pada penggambarannya, sangat
tergantung kepada imajinasi ruang si penggambar. Kesulitannya ialah harus mampu
rnemberi kesan kepada gambarrya untuk menampilkan kesan bahwa lorong tersebut berbelok ke arah tertentu (kiri-kanan), naik atau turun, perubahan bentuk
penampang lorong, dan lain-lain.
System pemetaan gua berdasarkan arah survey juga terbagi dua yaitu Top to bottom dan Bottom to top. Top to bottom adalah pengukuran yang dimulai dari entrance hingga ujung lorong/dasar gua atau hingga stasiun terakhir. Bottom to top adalah pengukuran dari ujung lorong/dasar gua sampai entrance atau kebalikan dari system Top to bottom.
Layaknya peta-peta yang lain, peta gua juga memiliki derajat ketelitian (grade) yang berbeda. Tingkatan itu yang oleh BCRA (British Cave Research Association) dibedakan menjadi 6 tingkatan khusus dan pembagian ini berdasarkan keakuratan pengukuran, teknik yang digunakan dan peralatan yang digunakan.
1. Grade I adalah grade yang hanya membuat sketsa dengan akurasi rendah, tanpa membuat pengukuran.
2. Grade II adalah grade yang digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan perantaraan dalam akurasi antar grade I dan III.
3. Grade III adalah pemetaan yang menggunakan survey magnetic kasar, sudut horizontal dan sudut vertical dan diukur dengan peralatan, derajat kesalahan ± 2,5°. Alat ukur jarak dengan kesalahan ± 50 cm, kesalahan posisi stasiun 50 cm.
4. Grade IV dapat digunakan jika diperlukan untuk menggambarkan survey yang tidak sampai kegrade V tetapi lebih akurat daripada grade III.
5. Grade V adalah survey dengan peralatan magnetic yang mana akurasi sudut horizontal dan vertikalnya hanya ± 1°. Akurasi pengukuran jarak ± 10 cm dan kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm.
6. Grade VI adalah survey yang dilakukan dengan lebih akurat dari grade V. Sementara grade yang terakhir adalah grade X yang mana survey ini menggunakan theodolite sebagai pengganti kompas.
Selain tingkatan-tingkatan diatas, BCRA membuat klasifikasi tingkatan peta gua berdasarkan tingkat ketelitian detail survey yang dibagi atas :
1. klas A yang mana semua detail dibuat berdasarkan hapalan luar kepala,
2. Klas B yang detail lorong dicatat di dalam gua berdasarkan perkiraan,
3. Klas C detail lorong diukur pada stasiun survey, dan yang terakhir
4. Klas D yang detail lorong diukur pada stasiun survey dan antar stasiun.
Kombinasi Grade dan Klasifikasi direkomendasikan :
- Grade 1A
- Grade 3B/ 3C
- Grade 5C/ 5D
- Grade 6D
- Grade XB, XC,atau XD
Adapun peralatan yang kita gunakan dalam pemetaan gua:
1. Pita ukur/ meteran :
Gunakanlah alat ukur yang terbuat dari bahan yang tidak rusak jika terkena air, ketelitian hingga centimeter dan panjangnya kurang lebih 30 meter.
2. Kompas :
Gunakanlah kompas bidik untuk lebih mendapatkan ketepatan dalam kondisi gelap seperti di dalam gua.
3. Clinometer :
Digunakan untuk mengukur sudut kemiringan suatu bidang datar.
4. Lembar catatan/buku, pensil dan penghapus :
Sebagai media untuk mencatat data-data yang dapat kita ambil selama pemetaan di dalam gua.
Dalam sebuah peta harus terdapat kelengkapan peta untuk memudahkan dalam pembacaannya. Dan hal-hal yang harus kita perhatikan dan catat selama pemetaan adalah:
· Nama gua. Jangan memberi nama gua tersebut sesuka anda, namai peta gua tersebut sesuai nama yang dikenal oleh warga sekitar.
· Grade peta. Digunakan untuk menunjukkan ketelitian dari peta tersebut.
· Lokasi gua
· Arah utara peta
· Skala peta
· Cross section. Meenggambarkan penampang melintang lorong gua sesuai skala.
· Simbol. Digunakan untuk menggambarkan keadaan dari gua yang spesifik seperti reruntuhan, sungai dan dan
Data-data yang diambil berupa sudut clinometer untuk mengetahui elevasi/sudut kemiringan lantai gua. Sudut kompas untuk mengetahui arah lorong dari arah utara kompas. Jarak miring untuk mengetahui jarak antar stasiun pengukuran. Jarak kiri/kanan untuk memperoleh jarak antara dinding kiri dan kanan dari stasiun pengukuran. Tinggi atap untuk mengetahui tinggi atap pada setiap stasiun pengukuran. Cross section adalah penampang lorong gua. Sketsa perjalanan adalah sketsa yang dibuat dari arah kompas dan diisi dengan keterangan-keterangan yang tidak terdapat dalam work sheet data (diisi dengan simbol-simbol kondisi gua, ornament gua, air, lumpur, pasir dan hal-hal lainnya).
Pengumpulan data biasanya dilakukan oleh suatu team yang idealnya terdiri dari lima orang dengan pembagian tugas masing-masing.
Orang pertama
adalah leader, penentu titik stasiun maupun sebagai pemasang lintasan pada penelusuran gua vertical.
Orang kedua
bertugas sebagai stasiun pengukuran, orang kedua ini membawa ujung meteran yang dipegang oleh orang ketiga. Tinggi orang kedua dan ketiga sedapatnya diusahakan memiliki tinggi yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian dalam pengukuran elevasi (kemiringan lantai).
Orang ketiga
akan ketiga sebagai pembaca alat-alat ukur dan mencatatnya. Orang ketiga ini akan membawa alat-alat seperti clinometer, kompas dan meteran.
Orang keempat
pencatat data pengukuran,
Orang Kelima
descriptor untuk cross system (irisan lorong) dan sketsa perjalanan.
Setelah semua data yang diperlukan diperoleh barulah diadakan perhitungan data untuk menghitung data-data yang diambil dilapangan. Setelah semua data-data diperoleh, barulah gua dapat digambarkan sebagai plan section, extended section, projected section atau peta gua tiga dimensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa tinggalin jejak ya hehe..