Mendengar istilah “Pecinta Alam”, asosiasi kita adalah para pendaki gunung, pemanjat tebing, pengarungan sugai deras dan pe’hiking’, sedangkan mereka yang mencintai lingkungan yang serasi, bung-bunga, pohon-pohon dan flora dan fauna lainnya, bukan pecinta alam?. Beberapa kelompok memang lebih jelas, mereka menamakan kelompok pendaki gunung, pemanjat tebing, penjelajah rimba dan penelusuran gua. Sementara beberapa tetap bertahan dengan istilah pecinta alam karena didorong rasa cinta terhadap alam. Sehingga seorang ‘pecinta alam’ adalah individu yang diyakini tanggap terhadap masalah alam dan lingkungannya.
Secara kelembagaan, kelompok pecinta alam di Indonesia muncul sekitar tahun 1950-an ketika sekelompok pemuda di Yogyakarta yang memang mengamati tumbuhan dan hewan melakuakan perjalanan menembus gunung dan rimba. Lalu di tahun 1960-an muncul kelomp[ok WANADRI di abndung, MERMOUNC di Yogayakarta, MAPALA UI di Jakarta. Kelompok Wanadri lebih suka menyebut dirinya pendaki gunung penempuh rimba. Mermounc adalah kependekan dari Merbabu Mounteneer Club (kelompok pendaki gunung Merbabu). Sedang Mapala UI menyebut dirinya sebagai Pecinta Alam dengan menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kegiatan yang bersifat Avonturir mendominasi pada masa awal kegiatan pecinta alam.